Tak semua orang mengenal Maria D
Sawias van Der Molen. Sosoknya sederhana dan tak berbeda dengan ibu rumah
tangga kebanyakan. Tapi jasanya bagi para penderita kanker luar biasa. Rasa
cintanya pada tanah kelahiran di Papua juga sangat istimewa.
Maria adalah salah seorang penerima penghargaan dari Kementerian Hukum dan HAM di bidang paten. Dia dipilih karena berhasil mematenkan temuannya, yakni obat kanker herbal.
"Ibu Maria menemukan obat kanker yang sudah teruji bisa menyembuhkan," kata pembawa acara pemberian penghargaan, Robby, di kantor Kemenkum HAM, Jl HR Rasuna Said, Kuningan. Penghargaan pun disematkan langsung oleh Menkum HAM Amir Syamsuddin.
Ditemui usai acara serah terima penghargaan, Maria yang tampil dengan baju biru ini tampak malu-malu menceritakan kisah temuannya.
"Obat yang saya temukan ini sejenis benalu. Sebenarnya sudah lama digunakan di Papua. Kita-kita ini yang di pesisir yang pakai," tutur Maria.
Menurut wanita yang berprofesi sebagai dokter spesialis herbal ini, temuan obatnya sudah digunakan sejak tahun 1972. Namun baru didaftarkan paten di Kemenkum HAM tahun ini.
Sementara obatnya sudah teruji pada pasien kanker hingga stadium tiga. Dari 10 pasien yang berobat, Maria mengklaim 8 diantaranya sembuh total.
"Itu dengan lama pengobatan rata-rata 3 bulan. Tergentung stadiumnya," ucapnya.
Ada kisah menarik yang dialami istri warga keturunan Belanda ini. Hak patennya sempat ditawar oleh peneliti Oxford University senilai 2 juta Poundsterling. Namun jumlah tersebut ditolaknya.
"Saya tolak. Kalau nanti mereka obok-obok Papua bagaimana? Ini semua demi anak cucu saya di Papua. Mereka dapat apa dong?" sambungnya.
"Ini kita akan produksi massal, mau kerjakan ini supaya subsidi silang. Bantu orang di dalam negeri yang tidak mampu, kalau orang luar yang kita ekspor yang bayar," kisah Maria.
sumber:
www.eocommunity.com
0 comments:
Post a Comment