Pesawat Udara Tanpa Awak Mini atau Mini UAV
dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan bobot 7,5 kilogram mampu
menjelajah sampai 200 kilometer dengan kecepatan 120 kilometer per jam,
bermanfaat untuk pemantauan batas wilayah atau lokasi-lokasi bencana alam.
Untuk
memantau batas wilayah atau situasi dan kondisi lokasi bencana alam dengan
biaya murah dan efektif, dibutuhkan teknologi pesawat tanpa awak.
Universitas
Gadjah Mada (UGM) turut memamerkan hasil risetnya, berupa pesawat udara tanpa
awak mini (Mini UAV) pada Forum Riset Industri Indonesia ke-3 2011.
Pesawat
itu memiliki kemampuan jelajah sampai 200 kilometer, dengan lama jelajah sampai
2,5 jam.
Pesawat
Mini UAV ini hasil rekayasa dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UGM,
Sutrisno, dan Dosen Teknik Mesin pada Sekolah Vokasi (D-III) Teknik UGM,
Setyawan Bekti Wibowo.
"Kita
sudah punya banyak produk riset. Masalahnya sekarang adalah industrialisasinya
untuk menjadikan sebagai produk massal masih terjadi kendala," kata Rektor
UGM, Sudjarwadi, dalam konferensi pers.
Pesawat
Mini UAV dirancang dengan panjang bentang sayap 3,25 meter, dan bobot pesawat
tanpa beban mencapai 7,5 kilogram.
Penambahan
beban seperti kamera dan sensor lainnya, masih memungkinkan maksimal dua
kilogram. Kecepatan Mini UAV mencapai 120 kilometer per jam. Pesawat ini
berbahan bakar bensin, dengan kapasitas mesin 55 sentimeter kubik.
sumber:sains.kompas.com
0 comments:
Post a Comment