Ayat bacaan: Yohanes 12:26
"Barangsiapa melayani Aku, ia
harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada.
Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa."
Malam ini ingatan saya kembali
pada kejadian sekian tahun yang lalu. Pada saat itu ada seorang teman saya yang
baru saja mulai melayani sebagai drummer tim musik Gereja. Pada saat latihan,
ternyata ia berselisih dengan salah seorang yang sudah lebih senior. Masalahnya
sebenarnya sepele: orang itu mengharuskan teman saya untuk memanggil
"abang", dan saya tidak tahu persis bagaimana, tapi tampaknya teman
saya tersinggung dengan cara penyampaiannya yang menurut dia kasar. Yang
terjadi selanjutnya, teman saya memutuskan untuk keluar dari pelayanan, dan
tidak saja berhenti disitu, tapi juga memutuskan untuk pindah Gereja. Yang satu
menjadi batu sandungan, yang satu lupa fokus utama dalam melayani. Kedua-duanya
mengikuti emosi duniawi.
Orang boleh sama-sama melayani, namun tujuan melayani bisa berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang murni untuk Tuhan, tapi ada pula yang karena ingin menonjol, paksaan keluarga/pacar dan berbagai alasan lain. Apa yang menjadi motivasi bisa terlihat ketika pelayanan kita mendapat gesekan baik dari sesama teman pelayanan atau mungkin mendapat penolakan dari orang yang kita layani. Jika belum apa-apa kita sudah bereaksi dengan emosional, seperti mengundurkan diri dari pelayanan, menghujat atau yang lebih ekstrim langsung pindah Gereja, itu artinya kita belum sampai pada visi yang benar dalam melayani Tuhan.
Mari kita lihat kisah ketika Simon Petrus ditanya Yesus dengan pertanyaan yang sama sebanyak tiga kali. "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (Yohanes 21:15-17). Jika Yesus menganggap perlu untuk menanyakan hal ini sampai tiga kali, maka saya yakin pertanyaannya pastilah sangat penting. Apa yang harusnya menjadi dasar utama untuk melayani, menggembalakan domba-domba Kristus? Tidak lain dan tidak bukan adalah atas dasar mengasihi Yesus lebih dari segala sesuatu. Bukan atas mengasihi diri sendiri, demi popularitas dan berbagai motivasi-motivasi yang salah, tapi semata-mata karena kita mengasihi Kristus. Lantas bagaimana jika ada seseorang yang menjengkelkan dalam pelayanan atau mungkin dalam Gereja? Saya mengerti bahwa mungkin sulit untuk fokus melakukan sesuatu ketika ada hal yang mengganggu di dekat kita. Namun hendaklah kita bisa mengalahkan itu, karena mengasihi Yesus seharusnya berada di atas segala hal lainnya.
Yesus berkata: "Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." (Yohanes 12:26). Kita yang berada dalam pelayanan haruslah mengikuti Yesus dimanapun Dia berada. Dan hal itu bisa jadi tidak mudah, karena seringkali kita harus menghadapi situasi-situasi bagaikan memikul salib. Dan hal itu pun sudah diingatkan Yesus sejak awal."Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24). Jika kita melihat para Nabi baik di Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, kita pun akan melihat bahwa pelayanan mereka seringkali disertai berbagai permasalahan, penuh penderitaan dan berbagai gejolak yang setiap saat mampu melemahkan mereka hingga ke titik terendah. Dari Nuh, Musa hingga Paulus dan rekan-rekan sepelayanan, semua mengalami berbagai masalah yang tidak mudah untuk dihadapi. Namun mereka tidak patah semangat, dan tetap tegar melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Mereka tetap tekun melayani sepenuh hati. Malah tidak sedikit yang mempertaruhkan nyawa mereka, bahkan ada yang harus menjadi martir. Tapi mereka tetap setia hingga akhir. Mengapa? Karena visi mereka jelas, yaitu menempatkan Tuhan di atas segalanya dalam apapun yang mereka lakukan. Mereka
punya sikap hati yang lebih
mementingkan keinginan Tuhan di atas segalanya.Kita bisa meneladani mereka. "Saudara-saudara,
turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi
nama Tuhan." (Yakobus
5:10). Kedatangan Yesus ke dunia pun tidak lepas dari berbagai penderitaan.
Tapi karena kasihNya yang luar biasa besar bagi kita, Dia menggenapkan kehendak
Bapa hingga tuntas, mati di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa kita.
.
Perselisihan dalam pelayanan bisa terjadi kapan saja. Gesekan-gesekan akan selalu ada ketika kita berada dalam sekelompok orang yang sama setiap hari. Itu sangat wajar dan alamiah. Namun yang membedakan adalah sikap hati kita dalam menghadapi hal itu. Alangkah ironisnya jika kita menjadi sulit membedakan mana yang menjadi keinginan Tuhan dan mana yang berasal dari ego dalam diri kita. Ketika terjadi perselisihan, berusahalah secepatnya untuk berdamai dan saling memaafkan. Seperti apa yang diingatkan oleh Paulus, kita harus selalu berusaha menghindari perpecahan."Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir." (1 Korintus 1:10). Seperti halnya Tuhan selalu siap membukakan pintu pengampunanNya bagi kita, demikian pula kita harus selalu siap untuk saling memaafkan satu sama lain. "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32). Ingatlah bahwa di atas segalanya kita melayani karena mengasihi Kristus lebih dari segalanya. Taklukkanlah hal-hal lain yang mungkin merintangi pelayanan kita dengan kasih dan saling memaafkan dan fokuslah kembali pada tujuan yang benar, sehingga nama Tuhan bisa dipermuliakan dalam setiap pelayanan kita.
Perselisihan dalam pelayanan bisa terjadi kapan saja. Gesekan-gesekan akan selalu ada ketika kita berada dalam sekelompok orang yang sama setiap hari. Itu sangat wajar dan alamiah. Namun yang membedakan adalah sikap hati kita dalam menghadapi hal itu. Alangkah ironisnya jika kita menjadi sulit membedakan mana yang menjadi keinginan Tuhan dan mana yang berasal dari ego dalam diri kita. Ketika terjadi perselisihan, berusahalah secepatnya untuk berdamai dan saling memaafkan. Seperti apa yang diingatkan oleh Paulus, kita harus selalu berusaha menghindari perpecahan."Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir." (1 Korintus 1:10). Seperti halnya Tuhan selalu siap membukakan pintu pengampunanNya bagi kita, demikian pula kita harus selalu siap untuk saling memaafkan satu sama lain. "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32). Ingatlah bahwa di atas segalanya kita melayani karena mengasihi Kristus lebih dari segalanya. Taklukkanlah hal-hal lain yang mungkin merintangi pelayanan kita dengan kasih dan saling memaafkan dan fokuslah kembali pada tujuan yang benar, sehingga nama Tuhan bisa dipermuliakan dalam setiap pelayanan kita.
Melayanilah karena mengasihi Tuhan, bukan karena hal lain
sumber:
renungan-harian-online.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment