Dalam musim panas kita biasa melihat ribuan semut jantan bersayap, mengudara mengejar semut ratu muda yang tebang dari berbagai sarang lain. Peristiwa ini disebut terbang musim kawin.
Beberapa sarang bisa menjadi berantakan karena gerakan terbang serempak itu. Udara dipenuhi titik-titik hitam. Burung Camar, burung layang dan burung gereja adalah tiga dari beberapa jenis burung yang menyambar dan menelan ribuan semut yang tak berdaya itu.
Untungnya, beberapa semut jantan berhasil menemukan dan berpasangan dengan semut ratu dari lain sarang, serta membuahi mereka dengan sperma. Semut jantan yang masih hidup setelah perkawinan itu dan terhindar dari santapan burung-burung, tidak diterima kembali di dalam sarang induknya. Mereka diusir pergi oleh semut pekerja. Mereka segera mati karena kehabisan tenaga, kepanasan atau kekurangan makanan.
Tapi semut ratu yang telah dibuahi, terbang lebih jauh dari sarang induknya, dan mencari tempat yang cocok untuk meletakkan telur-telurnya.
Kalau tempat yang cocok telah ditemukan, ratu itu lalu mendarat dan segera menggali sebuah lubang kecil di tanah. Ia meletakkan sedikit telur di dalamnya, kemudian mengeraminya supaya hangat dan aman.
Karenanya sayapnya sudah tidak ada gunanya lagi, ia menggosok-gosokan pada tanah sampai lepas. Otot-otot sayap di dalam dada merupakan cadangan makanannya sampai musim dingin yang berikutnya. Semut ratu terus mengerami telur-telur itu sampai musim berikutnya. ***
(John Paul)
0 comments:
Post a Comment