Lihat Kebawah



Pak Yanto adalah seorang petani dengan hanya sepetak kecil tanah miliknya. Seperti biasa, dia selalu bangun pagi. Kali ini bukan ke sawah, namun hendak pergi ke pasar untuk menjual dua keranjang kecil tomat yang baru dia panen sehari sebelumnya. Sepeda kuno adalah alat transportasi yang setia menemaninya. Sepeda itu sengaja ditambahi tempat duduk kecil untuk anaknya dan pagi itu Pak Yanto mengajak anaknya pergi ke pasar.

"PAK, PAK. ENAK YA KALAU RUMAH KITA TIDAK JAUH DARI PASAR," kata anaknya. Kebetulan mereka melintasi jembatan. "COBA LIHAT KE BAWAH, NAK. BANYAK ORANG YANG TIDAK PUNYA RUMAH DAN HANYA TINGGAL DI BEDENG-BEDENG TERSEBUT," kata Pak Yanto sambil menunjukkan kepada anaknya rumah-rumah kumuh para gelandangan. Anaknyapun terdiam dan Pak Yanto mengayuh sepedanya dengan pelan.

Sampailah mereka di sebuah tanjakan yang tidak terlalu tinggi tetapi membuat jalannya sepeda semakin pelan. "PAK, ENAK YA KALAU KITA PUNYA MOTOR, BABAK TIDAK PERLU CAPEK SEPERTI INI," kata anaknya. Setelah sekali mengusap keringat dengan handuk kecilnya, Pak Yanto berkata, "COBA NAK, KAMU SEDIKIT MENENGOK KE BELAKANG DAN LIHAT KE BAWAH. ORANG ITU BERJALAN KAKI DENGAN MENGGENDONG SAYUR-SAYURAN YANG HENDAK DIJUAL KE PASAR JUGA. MASIH LUMAYAN KITA ADA SEPEDA."

Tak lama berselang, mereka menepi dan beristirahat di pinggiran jalan. Dari tempat istirahat itu, mereka bisa melihat ke rumah-rumah penduduk yang letaknya sekitar 100 meter dari jalan dan agak lebih rendah.

"PAK, KALAU KITA KAYA MUNGKIN ENAK SEKALI, PAK. TAK USAH REPOT-REPOT SEPERTI INI. MAU APA, TINGGAL BELI SAJA," kata anaknya polos. "NAK, MARI BAPAK TUNJUKAN SESUATU, "kata Pak Yanto." "APA, PAK," jawab anaknya penuh semangat. "KAMU LIHAT ORANG DI BAWAH SANA YANG BERDIRI DI DEPAN RUMAH ITU," kata Pak Yanto. "LIAT, PAK. MEMANGNYA ADA APA?" anaknya bertanya. "BARU SAJA MATAHATI TERBIT, ORANG ITU SUDAH MENUNGGU SESEORANG YANG ADA DI DALAM RUMAH SAMBIL MENGHARAP ADA SESUATU YANG AKAN DIBERIKANNYA KEPADANYA. DIA ITU PENGEMIS, NAK. TAKUT KALAU TIDAK KETEMU TUAN RUMAH YANG TIDAK ADA DI RUMAH PADA SIANG HARI, PENGEMIS ITU DATANG PAGI HARI. KITA BERSYUKUR, UNTUK MAKAN DAN MINUM TIDAK HARUS MEMINTA-MINTA KEPADA ORANG LAIN." jelasnya.

Setelah dirasa cukup, mereka pun melanjutkan perjalanan. Setiba di pasar, Pak Yanto lengsung mengunci sepedanya di tempat parkir dan menjual tomatnya. Menjelang siang, mereka pulang dengan membawa uang hasil jualan tomatnya, seliter beras serta ikan asin dan sebungkus tempe.

Adakalanya kita memang harus melihat ke bawah, di mana ada orang-orang yang lebih miskin, lebih tidak berpendidikan, lebih sengsara dari kita. Melihat ke bawah bukan untuk membuat kita melepaskan mimpi-mimpi. Melihat ke bawah hanyalah untuk membuat kita mengucap syukur atas apa yang sekarang kita miliki dan nikmati.

JIKA MELIHAT ORANG YANG BERHARTA MEMBUAT KITA MENGELUH, LIHATLAH MEREKA YANG MISKIN.


Lisa Esther

0 comments:

Post a Comment