Yesus, Salomo adalah orang paling berhikmat dari semua umat Israel. Bukan mustahil, Salomo adalah orang paling berhikmat dari semua manusia sepanjang abad, yang pernah hidup di dunia ini. Bahkan, mungkin, hikmatnya itu merupakan bayangan atau tipologi dari Yesus, Sang Hikmat itu sendiri.
Tuhan sungguh mengasihi Salomo dengan mengaruniakan hikmat yang luar biasa itu. Namun, pada masa tuanya, Salomo pemah menyia-nyiakan hikmat itu. Walaupun hidupnya tetap dipimpin oleh hikmat (Pengkhotbah 2:3-11), Salomo tidak membiarkan hikmatnya dipimpin oleh Allah, sumber hikmat itu sendiri. Oleh karena itu, Salomo terjerat pada keinginan-keinginan duniawi yang luar biasa, bahkan terperosok ke dalamnya. Selain memiliki terlalu banyak harta, ia mengawini begitu banyak perempuan, yaitu 700 istri dan 300 gundik yang berasal dari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan, sehingga Salomo dijerat oleh para istrinya itu untuk ikut mempersembahkan korban kepada dewa-dewa yang disembah oleh mereka.
Memang Salomo kemudian bertobat dari dosa-dosanya yang jahat itu. Namun, kejatuhannya itu meninggalkan goresan luka yang dalam bagi kehidupan umat Israel. Karena dosa Salomo, kerajaan Israel terpecah dua, yaitu kerajaan Israel Utara dan kerajaan Israel Selatan, yang akhirnya kedua kerajaan itu dibuang oleh Allah.
Kasus Salomo itu menimbulkan pertanyaan, mengapa Salomo yang telah dipilih Tuhan begitu hebat, pada masa tuanya, justru jatuh ke dalam penyembahan berhala? Jawaban-jawabannya tentu ada dalam Alkitab walaupun tidak mudah untuk melihatnya.
Hati yang Bercabang :
Sesungguhnya akar persoalan dalam diri Salomo terletak pada hatinya yang bercabang. Maksudnya, Salomo tidak utuh bersandar kepada Tuhan. Sejak awal masa pengangkatannya menjadi raja, hati yang bercabang itu sudah mulai terlihat. Dalam 1 Raja-raja 3, Tuhan melaporkan secara tersirat bahwa hatinya bercabang dua. Namun, Salomo tidak atau kurang menyadarinya.
Dalam 1 Raja-raja 3, dikisahkan tentang permohonan Salomo kepada Tuhan untuk dikaruniai hikmat. Tuhan memberikan hikmat karena Ia berkenan kepada permohonan itu. Sebelum permohonan itu diajukan, Tuhan memujinya sebagai orang yang mengasihi Tuhan (ayat 3). Namun, aneh, sebelum permohonan hikmat itu, bahkan sebelum pujian itu dilaporkan, dalam ayat 1, firman Tuhan melaporkan bahwa Salomo telah menjadi menantu . Firaun. Jadi, sebelum mendirikan Bait Allah pada tahun keempat pemerintahannya, Salomo telah menikahi putri Firaun. Apa makna dari laporan itu? Tampaknya ayat 1 itu tidak berkaitan dengan pokok pikiran dalam keseluruhan pasal 3. Namun, benarkah demikian? Tentu, tidak! Memang untuk melihat korelasinya, pasal-pasal selanjutnya dapat memberikan jawaban.
Pasal 11 merupakan kunci pembuka tabir rahasia perkawinan Salomo dengan putri Fiarun itu. Di sana dijelaskan bahwa Salomo memiliki 700 orang istri dan 300 orang gundik. Ketujuh ratus istri Salomo itu berasal dari bangsa-bangsa lain, yaitu dari golongan bangsawan (11:3). Apa arti golongan bangsawan dalam kasus itu? Itu menunjukkan bahwa selain didorong oleh cinta eros yang kuat, pernikahan itu tidak terlepas dari unsur politik. Salomo sengaja menikahi putri-putri bangsawan itu untuk memelihara persahabatan dengan bangsa-bangsa di sekitamya. Jadi, perkawinan itu bagaikan meterai perjanjian damai antara umat Israel dan bangsa-bangsa yang sebelumnya bermusuhan dengan Saul dan Daud.
Di situlah letak persoalan yang sangat tragis. Temyata, dalam hal keamanan negerinya, Salomo lebih percaya pada trik-trik politiknya daripada percaya sepenuhnya pada janji Tuhan. Padahal, sebelum Salomo diangkat menjadi raja, Allah telah berjanji kepada Daud bahwa pada masa pemerintahan Salomo, kerajaannya itu akan kokoh selamanya (2 Samuel 7:12-16, 1 Tawarikh 17:11-14).
Salomo tidak bersandar sepenuhnya pada janji Tuhan itu. Barangkali ia merasa bahwa untuk menggenapi janji Tuhan itu, ia harus mewujudkannya dengan menikahi putri-putri itu. Namun, hal itu jelas keliru sebab tidak mungkin Tuhan menyuruh umat-Nya berbuat dosa demi keamanan umat Israel.
Laporan pasal 1 tentang pernikahan dengan putri Firaun sudah menunjukkan titik terang. Mesir pada saat itu adalah bangsa yang sangat besar dan berkuasa. Bangsa itulah yang paling sering menjajah bangsa-bangsa Kanaan. Menyadari betapa pentingnya berdamai dengan negara adidaya itu, Salomo segera dan mengawali perkawina n politiknya dengan menikahi putri Firaun (11:1). Jadi, walaupun Salomo mengasihi Tuhan dengan hidup menurut ketetapan ayahnya, Daud, sebagaimana dilaporkan dalam pasal 1:3, di lubuk hatinya yang terdalam, ia masih menyimpan suatu sikap yang mendua.
Jika demikian halnya, apakah Allah tidak memperingatkan Salomo akan adanya hati yang bercabang dua itu? Tuhan tentu memperingatkan Salomo sejak semula walaupun secara tidak langsung. Pada waktu memberikan karunia hikmat itu, yang dijelaskan dalam pasal 3, Tuhan berfirman kepada Salomo, "Dan jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu" (ayat 14).
Itu merupakan peringatan tersirat tentang kemungkinan jatuhnya Salomo akibat perkawinan politik itu. Kira-kira delapan tahun kemudian, setelah Salomo selesai mendirikan Rumah Tuhan, Allah kembali memperingatkannya melalui mimpi. Melihat bahwa Salomo belum menyadari titik lemah wataknya; itu, bahkan justru semakin menjadi-jadi dalam menginginkan segala sesuatu (9:1), Allah memperingatkannya dengan semakin jelas. Firman Tuhan melaporkan sebagai berikut.
* 1 Raja 9:4-79:4 Mengenai engkau, jika engkau hidup di hadapan-Ku sama seperti Daud, ayahmu, dengan tulus hati dan dengan benar, dan berbuat sesuai dengan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan jika engkau tetap mengikuti segala ketetapan dan peraturan-Ku,9:5 maka Aku akan meneguhkan takhta kerajaanmu atas Israel untuk selama-lamanya seperti yang telah Kujanjikan kepada Daud, ayahmu, dengan berkata: Keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel.9:6 Tetapi jika kamu ini dan anak-anakmu berbalik dari pada-Ku dan tidak berpegang pada segala perintah dan ketetapan-Ku yang telah Kuberikan kepadamu, dan pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya,9:7 maka Aku akan melenyapkan orang Israel dari atas tanah yang telah Kuberikan kepada mereka, dan rumah yang telah Kukuduskan bagi nama-Ku itu, akan Kubuang dari hadapan-Ku, maka Israel akan menjadi kiasan dan sindiran di antara segala bangsa.
Dalam penglihatan kedua itu, Tuhan memperingatkan Salomo semakin tegas dan jelas dengan mencantumkan hukuman yang akan menimpa umat Israel dan Bait Allah. Dalam peringatan yang pertama, ancaman hukuman seperti itu belum ada.
Namun, walaupun sudah mendapat peringatan dari Tuhan sebanyak dua kali, Salomo ternyata tidak mengindahkannya. Ia kemudian menikahi banyak istri dan gundik, dan pada masa tuanya, mereka menarik hati Salomo untuk ikut menyembah dewa-dewa kesia-siaan mereka. Dalam hal itu, dengan tegas, Tuhan mengatakan bahwa hati Salomo telah menyimpang (11:9). Akibatnya, Tuhan merobek kerajaan Israel menjadi dua bagian, yaitu Israel Utara yang diberikan kepada Yerobeam, dan Israel Selatan yang tetap di bawah pimpinan keturunan Daud. Perpecahan kerajaan Israel menjadi dua bagian itu sesuai dengan hati Salomo yang bercabang dua.
Pelajaran yang Dipetik :
Kejatuhan anak Tuhan tidak lepas dari karakter yang sudah ada sejak awal panggilannya. Dalam kasus Raja Salomo yang agung itu, ia ternyata menyimpan sebuah persoalan dalam hidupnya sejak semula, yaitu hati yang tidak benar-benar utuh percaya kepada Tuhan. Lambat laun, sejalan dengan kehidupan Salomo yang semakin terkenal, kaya, dan berhikmat, bibit persoalan itu semakin menggerogoti dirinya (imannya) melalui istri-istri yang dicintainya.
Kesimpulannya, bibit persoalan yang terpendam dalam diri seseorang, jika tidak cepat-cepat dibereskan, lama-lama, secara perlahan, tetapi pasti, sejalan dengan besarnya pelayanan yang dipercayakan Tuhan, bibit itu akan menjadi seperti monster yang siap menghancurkan.
Dalam kasus itu, apa yang dilakukan oleh Salomo tampaknya berhasil. Tidak ada seorang raja pun yang menyerangnya. Bahkan, ia mendapat sebuah kota dari Firaun sebagai hadiah. Namun, Allah kemudian membuktikan bahwa kedamaian yang dialami Salomo bukan karena tindakannya mengawini mereka. CaraTuhan mengingatkannya adalah dengan menggerakkan bangsa-bangsa lain memerangi Salomo pasca kejatuhannya itu. Akibatnya, kejatuhan sedang menanti.
Di samping itu, Salomo tidak berpikir panjang kalau istri-istrinya itu dapat merongrong imannya. Ketika masih muda, tampaknya Salomo sanggup mengendalikan segala sesuatu, apalagi ditambah dengan hikmatnya yang luar biasa. Namun, para istrinya yang bukan-orang beriman itu, tentulah berpura-pura telah beralih keyakinan di hadapan Salomo yang masih muda, yaitu mereka ikut juga menyembah Tuhan Allah. Dengan demikian, setelah tua, sejalan dengan semakin susutnya badan Salomo, sama seperti manusia lain pada umumnya, mulai lemah, bukan hanya secara fisik, melainkan juga secara kemauan. Ia tidak sanggup lagi membendung kemauan-kemauan para istri dan gundiknya. Akhirnya, bukan saja para istri dan gundik itu berani secara terang¬terangan menyembah allah-allah mereka di hadapan Salomo, melainkan juga menyeret Salomo ke dalam jurang penyembahan berhala.
Itulah pelajaran yang amat penting bagi kita. Terkadang orang merasa akan sanggup mengendalikan segalanya dengan kemampuan dan hikmatnya, terlebih kalau ia masih muda dan kuat. Namun, setelah badan sudah mulai uzur, bahkan Salomo, raja hikmat itu, tidak kuasa membendung serangan si Jahat yang masuk melalui istri-istrinya yang tidak beriman itu.
Lisa Fransisca
0 comments:
Post a Comment