Pada suatu perjalanan kami ke Yunani dan Turki, kami berkesempatan mengunjungi Semenanjung Gallipoli. Mungkin, tidak banyak orang tahu tentang Gallipoli, kecuali mereka yang suka membaca buku-buku sejarah. Nama Gallipoli terkenal, karena pada waktu Perang Dunia I, semenanjung ini merupakan ajang pertempuran yang sangat dahsyat dan berdarah. Dalam pertempuran itu lebih kurang 500.000 jiwa gugur.
Ketika itu, tentara sekutu yang terdiri dari Inggris, Anzak (Tentara gabungan dari Australia dan New Zealeand) serta Perancis mengadakan penyerbuan melalui laut ke daratan Turki, yang berada di bawah kekuasaan Jerman. Penyerbuan dari laut itu mendapat perlawanan yang tangguh dari pihak Turki, karena mereka berada dalam posisi yang jauh lebih baik, yaitu di pucuk-pucuk perbukitan.
Karena tentara sekutu persiapannya kurang matang dan pemimpinnya kurang tegas, mereka harus mendarat dari laut dan menaiki daerah berbukit yang cukup terjal. Dengan menggali parit-parit perlindungan, kedua belah pihak berusaha mempertahankan diri, tetapi hal itu memakan korban cukup banyak. Adapun garis pertahanan mereka merupakan parit-parit dengan jarak yang berdekatan. Suatu parit berjarak kurang lebih 10-15 meter. Pada sebuah pertempuran yang hebat, ketika mereka saling menembak, terdengarlah suara raungan dari seorang tentara Inggris. Agaknya anggota tentara itu mengalami luka yang sangat parah. Karena ia tepat berada di antara garis pertahanan atau daerah tak bertuan (no man’s land), tidak seorang pun berani menolongnya. Pasalnya, kedua parit perlindungan itu sangat dekat sehingga setiap gerakan sedikitpun dari salah satu pihak akan diberondong senapan oleh pihak lain.
Kelihatannya, anggota tentara itu sangat kesakitan sehingga ia meraung-raung dengan keras. Dalam kesunyian yang menegangkan itu, tiba-tiba muncul seorang tentara Turki dari parit perlindungan. Dengan tenangnya ia berjalan menuju ke prajurit Inggris yang sedang meraung-raung itu. Perbuatannya itu tentu sangat mengejutkan teman-temannya, para prajurit Turki, yang berada dalam parit perlindungan. Mereka menanti saat-saat prajurit pemberani itu ditembak oleh musuh mereka. Demikian pula para prajurit Inggris tercengang melihat seorang tentara musuh begitu “gila” keluar dari perlindungan menuju mereka.
Setelah prajurit Turki sampai pada prajurit Inggris yang terluka parah, dengan sigap digendongnya tentara Inggris yang merupakan musuhnya itu. Dengan sikap tenang pula dibawanya prajurit itu ke parit perlindungan tentara Inggris supaya prajurit itu dengan mudah dapat ditolong oleh teman-temannya sendiri. Setelah meletakkan prajurit itu dekat pada teman-temannya, dengan tenang ia kembali ke parit perlindungannya sendiri. Saat itu teman-temannya pun dengan tegang menantikan kedatangannya. Mereka berdebar-debar, akankah teman mereka itu ditembak oleh prajurit Inggris. Namun, tidak sesuatu pun yang terjadi. Ternyata pihak Inggris tidak ada yang menembaknya. Tampaknya, mereka semua tertegun dan sangat terpesona melihat perbuatan prajurit Turki yang sangat luar biasa ini.
Kami tidak diceritakan apakah akhirnya prajurit itu mati atau tertolong jiwanya. Namun, kisah ini dengan cepat meluas di kalangan tentara Turki, yang tentunya merasa amat bangga dengan kejadian itu. Belakangan pimpinan tentara Turki membuat sebuah patung dari kejadian itu sebagai penghormatan bagi anggota tentaranya yang luar biasa itu. Kini, kita dapat melihat patung itu dibekas medan peperangan di Gallipoli. Ketika aku mendengar kisah ini, aku ingat sabda Tuhan Yesus, “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. (Lukas 6:35). Dan kasih yang supreme ini diwujudkan oleh Yesus sendiri tatkala diatas kayu salib dan di dalam penderitaan dan kesakitan-Nya yang tak terlukiskan, Ia masih sempat berdoa kepada Bapa-Nya untuk mereka yang mengkhianati-Nya, mereka yang menyiksa dan mengolok-olok-Nya, mereka yang menyakiti-Nya, mereka yang menampar dan meludahi-Nya dan mereka yang menyalib-Nya: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka telah perbuat” (Lukas 23:34).
Diangkat dari kisah nyata,Y.K Winata.
0 comments:
Post a Comment