Bagaimana mengatasi frustasi yang tiba-tiba menimpa kita


Setinggi-tingginya kerohanian seseorang, pada suatu saat ia pun mungkin mengalami kekecewaan. Maka penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana mengatasi frustasi yang tiba-tiba menimpa diri kita.

Contoh yang akan kita ambil adalah pengalaman Elia. Elia adalah nabi yang termasyur di Israel, Kerajaan Utara. Dengan berani Elia seorang diri telah membela kebenaran, walaupun ia harus menegur sang raja mengenai kesalahannya. Kemenangannya atas para imam Baal di gunung Karmel merupakan kisah yang menakjubkan (1Raja2 18:1-46). Tetapi tatkala Elia mengalami kekecewaan, ia mengeluh kepada Tuhan: "Cukuplah itu! Sekarang ya Tuhan, ambilah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik daripada nenek moyangku" (1Raja2 19:4).
Namun kita bersyukur kepada Tuhan, bahwa Ia tidak membiarkan Elia tinggal di dalam kekecewaan. Tangan Tuhan berkenan menolong Elia keluar dari kecemasannya. Demikian pula, kita yakin bahwa Tuhan selalu bersedia menolong kita keluar dari awan gelap yang meliputi kerohanian kita masing-masing.
Berdasarkan kitab 1Raja2 19:1-21, kita akan melihat bagaimana Tuhan menolong Elia untuk mengatasi kekecewaan.

Tuhan memberi istirahat (1Raja2 19:5-8)

Sebelum Elia mengalami kekecewaan, ia telah memikul tanggung jawab yang sangat berat. Ia ditugaskan untuk memalingkan bangsa Israel dari penyembahan berhala kepada Tuhan. Pekerjaan ini melelahkan semangat dan kekuatan tubuh, sehingga Elia merasa lemas. Dalam keadaan sedemikian, Iblis telah berhasil menyerang Elia melalui ancaman Izebel yang bersumpah akan membunuh Elia. Izebel adalah permaisuri yang jahat dan keras kepala, ia berusaha mengganti ibadah kepada Allah dengan penyembahan berhala Baal. Karena ancaman ini, Elia sekonyong-konyong menjadi frustasi dan takut, sehingga ia melarikan diri.
Kita mungkin dengan cepat menuduh Elia pengecut. Namun Tuhan menyelami kelemahan Elia. Sepatah pun Ia tidak menegur Elia. Setelah Elia tidur dan makan, kemudian tidur lagi dan makan lagi, semangat dan kekuatannya pulih. Istirahat yang cukup telah menyegarkan semangat Elia.

Tuhan mendengarkan keluhan Elia (1Raja2 19:9-10)

Sewaktu Elia berada di gunung Horeb, Tuhan bertanya kepadanya: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" Tuhan menghendaki Elia bercerita tentang sebab-sebab frustasinya, seolah-olah jawaban Elia adalah suatu pengaduan. Tetapi justru inilah kejujuran Elia dalam hal menyerahkan isi hatinya kepada Tuhan. Elia sudah berhasil mengutarakan sebab-sebab yang menjadikan ia frustasi. Hal ini membantu Elia mengenal diri sendiri dan memberi kesempatan untuk menerima pertolongan Tuhan. Lihat, Tuhan tidak menegur Elia, tetapi Ia hanya mendengarkan keluhan Elia, serta menyatakan simpati-Nya untuk menolong Elia. Tuhan akan berbuat sesuatu untuk membangkitkan hamba-Nya.
Biasanya orang sering membicarakan persoalannya orang-orang yang mereka percayai. Hal ini sangat baik, sebab dengan mengutarakan problema-problemanya, ia sendiri akan menemukan bahwa persoalan yang ia hadapi sebetulnya tidak sebesar apa yang dibayangkan, dan pula ia mungkin akan menemukan jalan keluarnya.
Tetapi lebih daripada itu, janganlah kita lupakan Tuhan yang berkenan mendengarkan keluhan dan jeritan kita. Dialah sumber pertolongan kita. Doa-doa yang jujur adalah doa-doa yang mengungkapkan isi hati kita. Doa yang demikian sangat berkhasiat, bukan saja memberikan kita pandangan yang objektif, tetapi juga menggerakkan tangan Tuhan untuk menolong kita.

Tuhan menyatakan diri kepada Elia (1Raj 19:11-12)

Pada waktu Elia frustasi, pastilah ia merasa bahwa Tuhan telah melupakannya, sehingga ia meragukan kuasa dan penyertaan Tuhan. Maka Tuhan sekali lagi menyatakan diri-Nya kepada Elia, bahwa penyertaan-Nya tidak pernah berubah. yang berubah adalah dari Elia sendiri. Elia mulai sadar bahwa imannya menjadi lemah, sebab ia terlalu memandang situasi sekelilingnya lebih daripada memandang Tuhan.

Tuhan mengembalikan Elia dalam pelayanan (1Raja2 19:13-16)

Sampai tahap ini, Tuhan berkata kepada Elia: "Pergilah, kembalilah ke jalanmu!" Elia ditugaskan untuk mengurapi tiga orang, di mana salah satu di antaranya adalah Elisa, yang kelak akan menjadi penggantinya sebagai nabi Israel. Untuk meyakinkan hati Elia, Tuhan memberitahu bahwa di Israel masih terdapat 7000 orang yang tetap setia kepada Tuhan, sehingga dalam pelayanan Elia tidak seorang diri.
Demikianlah Tuhan telah meningkatkan prestasi pelayanan Elia. Pasal-pasal berikutnya membuktikan bahwa Elia kembali lagi sebagai nabi yang agung. Elia bagaikan api Allah yang menghanguskan dosa. Ia setia kepada Tuhan sampai detik ia diangkat oleh Tuhan.
Jangan membiarkan kecemasan, tawar hati, lesu, dan rasa jemu memincangkan kehidupan kita. Tatkala kekecewaan datang, biarlah keempat tahap yang dialami oleh Elia juga berlaku atas diri kita masing-masing.  ***

0 comments:

Post a Comment