Oleh: Simon, MG
Suatu hari, ketika Yesus dikerumuni oleh orang banyak, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus menerobos kerumunan orang banyak, kemudian tersungkur di depan kaki Yesus.
Dengan desakan ia memohon kepada Tuhan untuk datang ke rumahnya. Anak perempuannya hampir mati dan ia tahu bahwa Tuhan dapat menyembuhkannya.
Yesus, yang dipenuhi dengan belas kasihan, segera pergi dengan orang itu. Namun di tengah perjalanan, seorang wanita dengan penyakit yang parah menghampiri kerumunan orang banyak yang mengikuti Yesus. "Ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubahNya" (Markus 5:27).
Karena wanita itu menjamah dengan iman, Yesus berhenti dan merasakan ada kuasa yang keluar dari diri-Nya. Pada saat itu juga, Yairus menerima kabar bahwa anaknya telah meninggal. Yesus, yang ikut merasakan kesedihan Yairus, berkata kepadanya, "Jangan takut, percaya saja!" (Markus 5:36).
Dalam menghadapi berbagai pencobaan, kadang-kadang kita mungkin mengalami kekecewaan dan keputusasaan. Tampaknya sia-sia saja untuk tetap percaya. Kita mungkin merasakan keinginan untuk menangani sendiri segala sesuatu. Kita mulai berpikir, Apa gunanya percaya lebih lama lagi? Hal inilah yang menyebabkan kita seringkali dikalahkan. Padahal mungkin saja kita telah berada di ambang pintu kemenangan.
Terkadang penungguan kita terhadap jawaban Tuhan belum sampai kepada tindakan Tuhan, namun kita sudah menyerah kalah. Waktu Tuhan sangat berbeda dengan waktu manusia. Karena Ia Maha Sempurna, tentu jawabab-Nya pun haruslah sempurna, yang artinya sesuai dengan pikiran, rencana dan pandangan-Nya. Jika digambarkan terkadang kita diperhadapkan seperti telur di ujung tanduk. Artinya, kita sudah tidak memiliki jalan keluar lagi, tapi kita masih tetap mau menunggu jawaban Tuhan, karena tidak mau bersandar kepada pengertian sendiri. Ya, itulah sebenarnya yang selalu diinginkan Tuhan dalam setiap tindakan kita. Ketika Abraham mempersembahkan Ishak, pikirannya memang diliputi tanda tanya besar. Ia menginginkan anak dari Sarah, setelah mendapatkan; Tuhan meminta dia untuk dikorbankan sebagai persembahan. Iman Abraham sangat teruji, dan ia samasekali tidak mempermasalahkan hal tersebut sekalipun diliputi ketidak mengertiannya. Yang ia tahu bahwa apa pun yang diperbuat Tuhan, itulah yang terbaik! Kuncinya adalah jangan mempermasalahkan apa yang Tuhan perbuat dalam hidup kita, melainkan taat dengan rencana-Nya!
Apakah Anda sedang berkecil hati saat ini dan bersiap untuk menyerah? Yesus berkata kepada Anda, "Jangan putus asa. Aku tidak akan meninggalkan engkau. Percaya saja!" Iman Anda akan dikuatkan.***
0 comments:
Post a Comment