Oleh: HonNie Josep
“Hemat Pangkal Kaya” pepatah atau semboyan yang sudah sering kita dengar sejak masa kecil sampai sekarang.
Tidak ada yang salah dengan semua itu dan nampaknya masih relevan untuk masa kini.
Hemat tidak sama dengan Pelit.
Hemat adalah memperhitungkan uang masuk dan uang keluar dengan tujuan sehingga apabila diperlukan dapat membelanjakan harta itu menurut yang sepatutnya.
Pelit adalah mengumpulkan harta dengan tujuan semata-mata hanya menumpuknya.
Setelah 1(satu) tahun terakhir saya mendisiplinkan diri mencatat semua pengeluaran keluarga kecil saya, saya menemukan di bulan – bulan awal, pengeluaran rutin saya melebihi 50% dari penghasilan saya dan suami.
Awalnya, saat baru menikah hal tersebut diatas bukan masalah karena saat itu kami masih punya Double Income, hidup hanya berdua saja.
Setiap weekend tiba, kami bisa pulang dengan menenteng tas belanjaan, gadget terbaru dan jangan lupa suami saya hobi jalan- jalan. Ke Bogor pun hanya untuk jajan makanan.
Tapi setelah memiliki anak dan tahun ini Darren harus mulai sekolah, kami harus merubah gaya hidup kami.
Saya rela melepaskan hobi saya ke spa, nongkrong di kedai kopi hanya untuk menambah porsi investasi lebih besar. Dan selama 2(dua) bulan terakhir, porsi investasi kami mencapai 30% dari pendapatan kami and will continue larger than now.
Saya berusaha hidup sesuai dengan kemampuan saya. Menyadari bahwa Dana Pendidikan Darren lebih penting daripada apapun.
He’s our responsibilities.
Dana Darurat kami sudah aman.
Kami perlu mengejar Dana Pendidikan, Dana Pensiun, Dana Kesehatan Pensiun dan Dana Punya Anak lagi ;p
Dana Kepemilikan Rumah/ Apartemen sebagai asset aktif, Ganti mobil baru, Dana Liburan dan masih banyak lagi.
Saya percaya setiap anak ada rejeki-nya masing- masing hanya saja saya sebagai seorang ibu harus tahu diri. Bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga yang terpenting.
We will use our money for vacation soon. Tickets already on hand, we’re counting days now
0 comments:
Post a Comment