Corrie Ten Boom adalah salah seorang pahlawan iman yang berasal dari daerah Haarlem di Belanda. Dia dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang cinta Tuhan dan mereka sangat mengasihi orang Yahudi. Pada tahun 1940, di bawah kuasa Hitler, Jerman menduduki Belanda dan mulai mengadakan aksinya melarang orang Kristen beribadah serta menangkap orang-orang Yahudi dan menyiksa mereka sampai mati. Kekejaman Hitler menggerakkan hati Corrie Ten Boom untuk menyembunyikan orang-orang Yahudi tapi akhirnya tentara Jerman mengetahui dan Corrie Ten Boom di masukan kepenjara bersama-sama dengan orang Yahudi.
Di penjara itu Corrie merasakan Tuhan sbg tempat perlindungannya yang terus menjaga dan memeliharanya. Selama di penjara, Corrie menjadikan tempat itu sebagai tempat ibadah bersama tahanan yang lain, selanjutnya dia tergerak untuk menerjemahkan Alkitab ke bahasa Jerman agar boleh menjadi berkat bagi orang Jerman. Selama melakukan kegiatan tersebut penjaga tidak pernah masuk ke dalam barak tempat tinggal mereka. Setelah diselidiki ternyata penjaga tersebut jijik dengan caplak (sejenis kutu kucing atau anjing, atau lalat kuda) yang ada di situ. Perlindungan Tuhan nyata lewat caplak-caplak itu. Keyakinan Corrie terhadap perlindungan Tuhan semakin kuat.
Sebagaimana halnya pengalaman Corrie Ten Boom, maka kitapun dapat mengalaminya. Jika kita mempercayakan hidup kita dalam tangan Tuhan maka kita tidak perlu takut menghadapi badai kehidupan.
Tuhan tidak pernah berjanji bahwa kehidupan kita di dunia ini akan aman-aman selalu dan tidak ada badai yang menerpa, tapi Tuhan ingin menunjukkan bahwa hanya Tuhan sajalah yang sanggup melindungi kita di tengah badai. Sayangnya, yang seringkali terjadi adalah kita hanya datang dan memohon Tuhan mengangkat badai yang kita hadapi tanpa tahu rencana Tuhan atas semuanya itu. Sama seperti murid-murid Tuhan Yesus yang ditegur oleh Tuhan karena mereka menjadi takut dan kurang percaya kepada Tuhan Yesus, yang hadir bersama mereka ditengah badai (Markus. 4:40).
Ketakutan kita kepada badai yang mengancam memang tidak ada salahnya tapi satu hal yang perlu kita ketahui, Allah terkadang mengizinkan badai itu agar kita tetap bersandar pada Tuhan dan memiliki suatu keyakinan yang teguh pada Tuhan. Dan yang lebih penting dari itu ialah nama Tuhan ditinggikan dan dimuliakan di atas bumi ini melalui keberadaan kita di tengah badai, sehingga pada akhirnya semua bangsa di dunia akan mengenal Tuhan yang melindungi kita.
Seorang Misionaris pernah menceritakan demikian: “ Pada suatu hari, Corrie Ten Boom bertemu malaikat yang mengatakan bahwa umurnya tinggal 10 tahun lagi. Setelah 5 tahun Corrie terbaring di tempat tidur tanpa daya karena diserang penyakit yang parah, datanglah malaikat itu kepadanya sehingga Corrie bertanya: “Bukankah umur saya masih 5 tahun lagi?” Malaikat itu menjawabnya, “Memang umurmu masih ada 5 tahun lagi, tapi terserah kamu apakah kamu mau sekarang dipanggil pulang ke rumah Bapa ataukah mau menunggu 5 tahun lagi?” Corrie menjawab, “Mana yang lebih memuliakan Tuhan, biarlah itu yang terjadi.” Dan dia masih hidup 5 tahun dengan keadaan tak berdaya di atas tempat tidur. Tetapi dengan keberadaannya banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan.
“Mana yang lebih memuliakan Tuhan, biarlah itu yang terjadi atas diri saya” apakah kita berani berdoa demikian di tengah kesesakan dan pergumulan yang kita alami saat ini, mungkin dengan sakit-penyakit yang kita derita selama ini, pergumulan pribadi,ataupun masalah keluarga. Mampukah kita berdoa seperti Corrie? Apakah kita mau memuliakan nama Tuhan di tengah badai kehidupan yang menerpa kita?
“Diam dan ketahuilah bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan diantara bangsa-bangsa.” (Mazmur 46:10)...^ Amin.
0 comments:
Post a Comment