Memberi yang terbaik, bukanlah hal yang mudah. Kita mungkin sering mendengar kotbah tentang memberi yang membawa berkat. Namun berapa banyak dari kita yang telah belajar untuk melakukannya. Belajar dari seorang janda Sarfat yang dihadapkan pada dilema yang sulit atas permintaan nabi Elia. Jika ia memberikan persediaan terakhir makanan yang ada padanya, ia dan anaknya yang sedang sakit akan mati kelaparan. Namun, akhirnya ia mengambil keputusan itu, walau beresiko. Ia memberi makanan itu kepada nabi Elia (janda sarfat termasuk berani untuk menukarkan hal yang pasti untuk yang tidak pasti; yang tampak untuk yang tidak tampak). Demikian halnya juga dengan jemaat di makedonia (2Korintus 8:5). Mereka menderita dan kekurangan, tetapi mereka bermurah hati. Dimana mereka tidak hanya memberi diri untuk melayani tapi juga memberi apa yang ada pada mereka, termasuk harta.
Baik janda Sarfat maupun Jemaat di Makedonia, semuanya memberikan teladan yang baik bagi kita, yaitu teladan dalam hal memberi. Dan bagi mereka, tidak ada alasan untuk tidak memberi, sekalipun mereka dalam keadaan kekurangan. Mereka menunjukkan bahwa semua orang bisa memberi, asal saja ada kemauan. Sebab kita pasti mempunyai sesuatu untuk diberikan dalam melayani sesama, misalnya: tenaga, waktu serta perhatian kita. Yang perlu kita ingat adalah bahwa apapun yang kita punya adalah anugerahNYA, yang diberikan bukan saja untuk diri kita sendiri, melainkan juga untuk melayani sesama demi kemuliaanNYA.
Kesempatan untuk memberi, adalah anugerah yang tidak boleh kita sia-siakan. Dan ketulusan hati kita untuk mau memberi adalah bukti teguhnya kepercayaan kita pada Allah. Sekalipun disaat kita tidak mempunyai apa-apa atau bahkan saat itu kita tengah putus asa. Jangan hanya menunggu, belajarlah untuk memberi. Perhatikan orang-orang yang disekitar Anda, lakukan apa yang bisa Anda lakukan bagi mereka. Apapun bentuk pemberian Anda, lakukan dengan sukacita!
JIKA ADA KESEMPATAN UNTUK MENABUR, MANABURLAH.. SUATU SAAT ANDA PASTI AKAN MENUAI!
0 comments:
Post a Comment