Gubuk 2x3 Dihuni Janda dan 6 Anaknya



Di tengah berbagai kasus korupsi oleh para pejabat yang mendera Indonesia, jutaan warga Indonesia masih hidup dalam kemiskinan. Seperti yang dialami Darmawati, janda dengan enam anak di Dusun Mangaramba, Kelurahan Takatidung, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Darmawati dan keenam anaknya tinggal di sebuah gubuk berukuran 2x3 meter yang berdinding bambu dan beratap rumbia. Gubuk yang sekilas mirip kandang ayam itu pemberian tetangga yang bersimpati kepada mereka. 
Bisa dibayangkan repotnya hidup berdesakan di gubuk sempit seperti ini. Di gubuk sempit itu menampung semua kegiatan mereka. Dari memasak sampai tidur dengan alas selembar tikar robek. 
Irma, anak kedua Darmawati, mengaku tidur dengan ibu dan adik-adiknya di satu tempat. "Tidurnya tidak enak, biasa jatuh dari lantai kalau tidur," ujar Irma.
Dulu Darmawati memiliki rumah warisan orangtuanya. Namun rumah itu akhirnya dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kehidupannya morat-marit sejak dia bercerai dengan suaminya yang menikah dengan perempuan lain tiga tahun silam. 
Sejak itulah tanggungjawab darma makin bertambah. Tak hanya berperan mengurus dan menyusui anak-anaknya tapi juga harus membanting tulang mencari nafkah.
"Saya cuma bisa jadi buruh tani rumput laut. Upahnya tidak seberapa dan biasanya tidak cukup untuk beli beras. Anak saya semuanya tidak sekolah karena kita tak punya biaya," tutur Darmawati. Selama sehari bekerja mengikat bibit rumput laut, Darmawati mendapat upah Rp 10.000.
Tak sedikit tetangga yang berempati dengan keluarga janda yang memperihatinkan ini. Mereka kerap memberi beras atau bantuan apa saja.
Tidak satupun anak-anak Darmawati yang bersekolah. Anak-anak darmawati tidak satu pun bersekolah. Jangankan menyekolahkan dan membeli seragam untuk anak-anaknya, membeli beras pun Darmawati harus berutang kepada tetangga.
Bantuan beras untuk masyarakat miskin (raskin) sebesar 5 kg tidak cukup untuk sebulan. Menjelang pemilu atau pemilukada, bantuan beras sering datang. Namun setelah peristiwa politik usai, bantuan beras pun berhenti mengalir.

kompas.com

0 comments:

Post a Comment