Berdamai dengan Stres



Setiap orang bisa dikuasai oleh stres. Kalau tidak mau terjebak di dalamnya, stres harus segera diatas.

Sebut saja ia, Santee. Seorang eksekutif muda berusia tiga puluhan. Akhir-akhir ini Santee terlihat pendiam, jarang berbicara dengan orang lain. Di rumah atau di kantor, ia berusaha mengurangi intensitas berkomunikasi dengan menghindari bertemu orang lain. Jika terpaksa bertemu, ia tampak malas bicara dan lebih banyak diam. Kondisi ini jelas tidak menguntung apalagi tuntutan pekerjaan yang mengharuskan Santee bertemu banyak orang. Jika kondisi ini terlalu lama dibiarkan, Santee bisa tertekan alias stres.

Stres atau perasaan tertekan sebenarnya bentuk ketidakharmonisan antara pemenuhan keinginan dan kemampuan untuk menghadapi tekanan. Menurut Dr. So Koo Meng, MBBS, MMed, FAMS, Adjunct Associate Professor National University of Singapore, siapa pun bisa mengalaminya, pria atau wanita, orang dewasa, bahkan anak-anak. Karena stres bagian alami dari hidup.

Ketika seseorang terjebak stres, ada yang bisa mengatasinya tetapi ada juga yang gagal. Penyebabnya, kondisi yang memicu stres tidak bisa selalu dihindari atau diubah. Kegagalan berdamai dengan stres akan memicu turunnya ketahanan tubuh melawan penyakit.
Untung saja, Tuhan merancang tubuh manusia agar bisa merasakan dan merespon gangguan psikis ini. Dengan demikian, kita selalu waspada dan sigap menghindari bahaya, termasuk stres.

Agar proses berdamai dengan stres berbuah manis, kita harus bisa mengidentifikasi sumber stres. Dan yang paling penting, kita perlu belajar cara mengendalikan gangguan ini. Ketika kita merespon kondisi yang penuh tekanan dengan tepat, you may say bye-bye to stress! Sebaliknya, cara merespon yang salah justru akan memperburuk kondisi psikis kita.
Sumber Stres


Pemicu stres sangat bervariasi, mulai dari beban pekerjaan yang berat, pola diet, kurang tidur hingga penyakit. Berbagai problematika dan tingkat kesibukan yang cukup tinggi yang dialami masyarakat terutama yang tinggal di kota besar merupakan sumber stres. Belum lagi tekanan pekerjaan, kurang tidur, pola diet salah, polusi, kemacetan, gaya hidup, kesehatan dan ketidaknyamanan lain.

Begitu banyak pemicu stres. Tetapi yang paling sering dikeluhkan adalah tanggung jawab setiap hari. Apakah hal ini juga yang dirasakan KoKiers? Tanggung jawab memunculkan suatu kewajiban yang akhirnya bisa menimbulkan tekanan baik fisik maupun psikis. Sayangnya tidak semua orang bisa merasakan stres yang muncul. Orang lain pun tidak bisa melihatnya karena memang tidak selalu kasat mata.

Tanda-tanda Stres


Ketika seseorang tidak menyadari telah dikuasai stres, tubuh sebenarnya sudah merespon keradaan stres. Responnya berupa tekanan darah yang meningkat, detak jantung yang semakin cepat, nafas yang memburu, metabolisme tubuh terganggu, dan aliran darah ke otot semakin kencang. Dengan respon ini, reaksi tubuh kita menjadi lebih cepat dan efektif menghadapi situasi yang penuh tekanan.

Kondisi seperti ini sebaiknya jangan terlalu lama dibiarkan. Karena akan memicu masalah yang lebih besar, baik masalah emosi, fisik ataupun perilaku. Yang lebih parah, stres akan memengaruhi kesehatan, vitalitas, ketenangan hati, pikiran serta hubungan personal dan profesional.
Penyakit yang muncul akibat stres seperti susah tidur atau insomnia, sakit punggung atau sakit kepala. Kondisi ini, pada akhirnya, bisa menyebabkan penyakit yang lebih berbahaya seperti penyakit jantung atau hipertensi yang mengancam jiwa.
Usahakan untuk selalu melakukan penyesuaian setiap kali kita dihadapkan dengan situasi yang penuh tekanan. Cara ini sangat penting untuk menghindari efek stres. Tak hanya kesehatan, tetapi juga kesejahteraan kita terganggu jika stres dibiarkan terus-menerus. Kita juga perlu memahami lingkungan eksternal di sekitar kita. Perasaan apapun yang muncul akibat suatu kejadian bisa menimbulkan stres. Kadang kala, kita menjadi kehilangan kendali ketika stres menguasai.

Cara Menghadapi Stres


Beda individu, beda pula cara untuk berdamai dengan stres. Sebagian orang akan menghindari situasi atau faktor yang bisa menimbulkan stres. Tetapi, ada yang justru menganggap hal itu biasa bahkan mencarinya. Misalnya pindah atau berganti pekerjaan bagi A suatu hal yang menantang, tetapi bagi si B sangat menegangkan dan penuh tantangan. Ketika Jakarta kebanjiran, sebagian orang sudah terbiasa menghadapinya. Tetapi bagi orang lain, banjir sangat menakutkan. Intinya, tingkat toleransi individu menghadapi situasi yang menekan merupakan kunci menangani stres.
Kesuksesan mengatasi stres dipengaruhi oleh ketetapan hati, ketekunan, dan waktu. Usahakan mengetahui batas toleransi terhadap suatu keadaan yang menekan. Lalu, kita mencoba untuk hidup dengan batasan ini. Kita juga perlu belajar untuk menerima atau mengubah situasi yang memicu stres dan ketegangan. Apabila kita tidak lagi mampu menghadapi stres, carilah bantuan profesiona. Tanpa usaha yang sunguh-sungguh, kita tidak mungkin bisa sukses mengatasi stres.

Tips Berdamai dengan Stres


Kita tidak selalu bisa menghindari situasi yang memicu stres. Tetapi kita bisa mengurangi frekuensi stres. Cara berikut bisa dicoba.

Realistis. Jika Anda merasa beban aktivitas terlalu banyak, cobalah berkata TIDAK! Hilangkan aktivitas yang tidak penting. Jika mendapat gangguan, beri alasan adanya perubahan. Sediakan waktu untuk mendengarkan saran orang lain dan berkompromi.
Hilangkan dorongan menjadi orang super. Tidak ada orang yang sempurna. Anda tak perlu mengharapkan kesempurnaan dari diri sendiri atau orang lain.

Meditasi.
Visualisasi.
One job at one time.
Olahraga
Kerjakan hobi.
Terapkan gaya hidup sehat.
Berbagi dengan orang lain.
Berlaku fleksibel.
Terima kritik dari orang lain.

sumber: kolomkita.detik.com

0 comments:

Post a Comment