Bukan Warna Luarnya



Seorang anak keturunan Afrika. Di sebuah persimpangan jalan di sudut kota, ia menemukan seorang bapa sedang menjual balon yang nampak begitu indah. Bapa tersebut nampaknya seperti seorang penjual balon yang punya karisma khusus karena ia mampu menarik begitu banyak peminat. Begitu banyak orang berjejal di sekelilingnya, bukan saja anak-anak, tetapi juga orang tua mereka.

Anak keturunan Afrika itupun datang mendekat. Ia memperhatikan sang penjual balon, yang setelah memompa udara kedalam balon tersebut lalu melepaskannya terbang tinggi secara bebas ke angkasa. Sebuah balon merah dilepaskan. Disusul balom berwarna biru, lalu kuning. Setelah itu balom putih juga dilepaskan yang dengan serta-merta melejit bagai roket dan menghilang di angkasa biru.

Anak kecil itu mendekati sang penjual balon dan memperhatikan balon hitam yang juga dipajang di situ, lalu bertanya; "Jika engkau melepaskan balon hitam itu ke angkasa, apakah ia akan juga terbang secepat balon-balon berwarna lainnya tadi?" Sang penjual balon memberikan senyuman kepada sang anak itu. Ia segera tahu apa yang dirasakan sang anak itu; yakni apakah yang hitam selalu berada dalam posisi yang diremehkan, apakah yang hitam selalu dikelas-duakan. Dari pengalaman hidupnya yang singkat, sang anak tersebut telah belajar bahwa golongannya kaum berwarna hitam selalu muncul di belakang yang lain.

Sang penjual balon memompa balom hitam tersebut lalu melepaskannya ke angkasa. Balon hitam itupun menghilang bagai sebuah roket menembuh awan yang kebetulan sedang terbang rendah, sambil berkata kepada anak tersebut; "Nak, bukan warna luarnya yang menentukan. Tetapi apa yang ada di dalamnya yang memberikan kemampuan kepada balon-balon ini untuk terbang tinggi."

Dalam bacaan hari ini Santu Yakobus memberikan nasihat yang sungguh indah. "Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!" atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!," bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?" (Yakobus 2:1-4).

Semua manusia sama adanya, dan tidak dapat dipisah-pisahkan berdasarkan harta kekayaan yang dimilikinya. Nilai martabat seorang manusia tidak ditentukan oleh kedudukannya, tidak juga oleh faktor keturunan dan ras. Manusia tidak dibedakan yang ditentukan oleh warna kulit seperti halnya kisah balon di atas. Kita memperoleh martabat yang luhur karena Tuhan menghendaki agar kita berpartisipasi dalam gambaran diriNya. Kita semua adalah gambaran Allah, kita diciptakan seturut gambaran diriNya, dan inilah yang menentukan nilai seorang anak manusia. Citra diri Allah yang ada di dalam diri kita inilah yang menjadi dasar dan nilai martabat seorang manusia.

"Bukan warna luarnya yang menentukan. Tetapi apa yang ada di dalamnya yang memberikan kemampuan kepada balon-balon ini untuk terbang tinggi."


Tarsis Sigho - Taipei

0 comments:

Post a Comment